Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi
pada anak-anak usia sekolah saat ini sangat memprihatinkan bagi pendidik dan
orangtua. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat bagi anak menimba ilmu serta
membantu membentuk karakter pribadi yang positif ternyata malah menjadi tempat
tumbuh suburnya praktek-praktek bullying, sehingga memberikan ketakutan bagi
anak untuk memasukinya. Perilaku bullying kurang begitu diperhatikan, karena
dianggap tidak memiliki pengaruh yang besar pada peserta didik.
Penelitian
Sejiwa (2008) menyebutkan bahwa sebagian kecil guru (27%) menganggap bullying
merupakan perilaku normal dan sebagian besar guru (73%) menganggap bullying
sebagai perilaku yang membahayakn peserta didik. Hal tersebut tidak bisa
dianggap normal karena peserta didik tidak dapat belajar apabila peserta didik
berada dalam keadaan tertekan, terancam, dan ada yang menindasnya setiap hari.
Perilaku bullying paling
sering terjadi pada masa-masa sekolah menengah pertama, dikarenakan pada masa
ini remaja memiliki egosentrisme yang tinggi. Adapun bentuk-bentuk bullying
yang pernah terjadi antara lain seperti menyuruh push up, membentak,
memelototi, memalak, mengejek dan yang paling ekstrim adalah pemukulan.
Adanya
ketimpangan atau ketidakseimbangan kekuatan baik fisik maupun mental menjadi
penyebab terjadi perilaku bullying di sekolah. Beberapa faktor diyakini menjadi
penyebab terjadinya perilaku bullying di sekolah, antara lain adalah faktor
sosial ekonomi, perbedaan fisik yang mencolok, dan perbuatan masa lalu yang
dialami peserta didik di masa lalu
Berikut beberapa Photo Kegiatan yang dilaksanakan di SMP Wachid Hasyim 7 Surabaya dalam rangak mensosialisasikan Dampak Bullying terhadap Psikologis Anak yang dilaksanakan di Bulan Pebruari 2020 kemarin
No comments:
Post a Comment